RETORIKA DASAR

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT , atas berkat rahmat dan hidayah-NYA, kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Retorika. Tujuan dari pembuatan karya ilmiah ini adalah sebagai salah satu tugas setelah dilaksanakanya Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD).
Tak terlepas dari itu, pada akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat mengembangkan senantiasa kami terima dengan sepenuh hati demi kebaikan di masa depan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi temen-teman yang membacanya, khususnya Mahasiswa UHAMKA. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan, terimakasih.
Wassalamu’alaikum, wr, wb.





Jakarta ,  7 Februari 2015


                                                                                                        Kelompok 1


DAFTAR ISI






BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


          Tuhan sebagai pencipta manusia banyak menganugerahkan manusia untuk menjalankan kehidupan di dunia ini. Salah satunya yaitu berbicara, berbicara adalah suatu kemampuan khusus manusia. Dengan berbicara manusia dapat menyampaikan apa yang ada dipikiranya kepada sesama manusia, perorangan atau kelompok. Penyampaian dalam berbicara dengan baik dengan seni/gaya berbicaranya disebut dengan retorika.
            Retorika dicapai berdasarkan bakat alami (talenta) dan keterampilan teknis seseorang, dan kesenian berbicara dalam retorika bukan hanya berarti berbicara secara lancar tanpa ada pemikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan berbicara dan berpidato secara singkat, padat, jelas namun mengesankan. Ber-retorika juga harus dapat dipertanggungjawabkan, pemilihan kata yang baik, dan nada bicara yang sesuai dengan situasi, tujuan, ruang, waktu dan tempat.
            Orang-orang besar dalam sejarah kehidupan manusia juga sangat berpiawai dalam ber-retorika. Mereka mampu mengubah sejarah peradaban dunia dengan pengolahan katanya dan permainan kalimatnya,. Mulai dari para filosof Yunani seperti Aristoteles, politikus seperti Hitler, Montesque, Musolini, hingga negarawan yang pandai dalam berorator seperti Bung Karno dan Bung Tomo bahkan para Da’I kondang yang jika kita mendengarnya, kita akan tertegun menyimak pembicaraanya seperti Ust. Jefry Al-Bukhari, Aa Gym, dll. Mereka memiliki gaya bicara yang berbeda-bedadan pendengar akan merasa terlena akan pesan yang disampaikan.





1.2 Rumusan Masalah

           Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dapat diajukan sebagai berikut yaitu.
            1.  Apa definisi dari Retorika ?
            2.  Apa saja metode-metode dalam ber-Retorika?
            3. Bagaimana cara ber-Retorika yang baik dan benar ?
            4. Apa saja macam-macam pemanfaatan Retorika?

1.3 Tujuan Pendahuluan

Adapun tujuan dari pendahuluan yaitu.
1. mengetahui definisi Retorika;
2. mengetahui metode-metode dalam beretorika;
3. mengetahui cara ber-retorika yang baik dan benar; dan
4. mengetahui macam-macam pemanfaatan retorika




      2.1 Definisi Retorika


Istilah retorika secara etimologi berasal dari bahasa Latin (Yunani Kuno) “Rhetorica” yang berarti seni berbicara. Dalam bahasa Inggris retorika “Rhetoric” yang berarti kepandaian berpidato atau berbicara. Secara terminology retorika dikenal dengan istilah “the art of speaking” yang artinya seni dalam berbicara atau bercakap. Kata retorika merupakan konsep untuk menerangkan tiga seni penggunaan bahasa persuasi yaitu : etos,patos, dan logos. Dalam artian sempit, retorika dipahami sebgai konsep yang berkaitan dan seni berkomunikasi lisan berdasarkan tata bahasa, logika, dan dialektika yang baik dan benar untuk mempersuasi public dengan opini. Dalam artian luas, retorika berhubungan dengan diskursus komunikasi manusia.
Berikut adalah definisi retorika menurut para ahli.
a. Menurut Plato, retorika adalah seni para retorikan untuk menenangkan jiwa   pendengar. Retorika merupakan kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna dan merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas dan sempurna.
b.  Menurut Aristoteles, retorika adalah kemampuan retorikan untuk mengemukakan suatu kasus tertentu secara menyeluruh melalui persuasi.
c.  Menurut Socrates, retorika adalah ilmu yang mempersoalkan tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya. Karena dialog kebenaran akan timbul pada sendirinya.
d. Menurut Richard E. Young cs, retorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, episomologi untuk membina saling pengertian dan kerjasama.
Jadi , dapat disimpulkan bahwa retorika didefinisikan sebagai seni membangun argumentasi dan seni berbicara (the art of constructing arguments and speechmaking). Dalam perkembangannya retorika juga mencakup proses untuk “menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan”.

2.2 Metode- Metode Retorika

                 Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan istilah Pidato. Berikut adalah jenis-jenis metode retorika,yaitu.
           a. Pidato Impromtu, merupakan pidato yang dilakukan secara tiba-tiba atau spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Apabila anda menghandiri sebuah acara  dan tiba-tiba dipanggil untuk memberikan sambutan/pidato, maka anda melakukan Pidato Impromtu.
b. Pidato Manuscript, merupakan pidato dengan naskah yang telah disiapkan. Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Biasanya dilakukan pejabat negara atau mereka yang memberikan sabutan di acara resmi/formal.
c. Pidato Momiter, merupakan pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata demi kata. Keuntunganya (jika hapal) dalam pidato akan berlangsung lancar, tetapi kerugianya (jika tidak hapal) pidato akan monoton sehingga tidak menarik perhatian hadirin.
d. Pidato Ekstempore, merupakan pidato yang paling baik dan sering digunakan oleh juru pidato yang mahir. Dalam menyampaikan juru pidato hanya menyiapkan garis-garis besar (outline) dan pokok-pokok bahasan penunjang saja.

            Dalam ber-retorika tidak hanya mencakup aspek –aspek   kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lainya berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembaca. Prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :

a. Pertama, penguasaan secara aktif sejumlah besar kosakata bahasa yang    dikuasai. Semakin besar kosakata yang dikuasai secara aktif semakin besar pula kemampuan memilih kata-kata yang tepat dan sesuai untuk menyampaikan pikiran.
b. Kedua, penguasaan secara aktif  kaidah-kaidah ketatabahasaan yang memungkinkan pembicara menggunakan bermacam-macam bentuk kata dengan nuansa dan konotasi yang berbeda-beda.
 c. Ketiga, mengenal dan menguasai bemacam-macam gaya bahasa dan mampu menciptakan gaya bahasa yang hidup dan baru untuk lebih menarik perhatian dan lebih memudahkan penyampaian pikiran pembicara.
d.  Keempat, memiliki kemampuan penalaran yang baik sehingga pemikiran pembicara dapat disajikan dalm suatu urutan yang teratur dan logis.

            Setiap Pemimpin selain ia harus berwawasan luas juga dituntut untuk mempunyai keterampilan komunikasi atau berbicara. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui latihan yang sistematis , terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan , kefasihan dalam berbicara atau pidato tidak dapat tercapai. Disamping itu, calon pemimpin juga harus mengetahui ciri-ciri pembicara yang ideal.
            Pengetahuan tentang cirri-ciri pembicara yang baik sangat bermanfaat bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang kurang baik dan bagi pembicara dalam tahap belajar. Bagi golongan pertama, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurknakan atau mengembangkan keterampilan yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua, yakni calon pemimpin hal ini sangat baik dipahami dan diaplikasikan sehingga dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mungkin dilakukan secara tidak sadar




Pada dasarnya ada tiga macam cara orang memanfaatkan retorika, yang antara lain:

2.4.1 Secara Spontan atau Intuisif

Dalam kehidupan bertutur sehari-hari, pada umumnya orang memanfaatkan retorika itu secara spontan.Lebih-lebih lagi kalau topik tuturnya hanya merupakan topik basa-basi saja, atau masalah-masalah lain yang sedang ngetren dalam pergaulan sehari-hari.Dalam situasi serupa ini, penutur tidak begitu banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memilih materi bahasa, karena hanya bersifat spontan saja, dan memang situasi tutur memungkinkan mereka bertindak demikian.

2.4.2 Secara Tradisional atau Konvensional

Ada masa-masa bahwa kebanyakan orang mengikuti tradisi bertutur seperti yang sudah digariskan oleh generasi yang terdahulu. Dengan kata lain, tradisi itu akhirnya menjadi tradisi yang ditaati turun-temurun. Misalnya para pujangga untuk menggambarkan seorang gadis cantik, digunakanlah ungkapan-ungkapan klise: “badannya langsing bagai pohon pinang; wajahnya bagai bulan purnama; matanya seperti bintang timur; hidungnya bak dasung tunggal; mulutnya laksana delima merekah dan seterusnya.”
Pemanfaatan retorika secara tradisional, bukan hanya ada pada masa-masa lampau saja.Di tengah-tengah kehidupan modern sekarang ini pun masih berkembang kebiasaan-kebiasaan bertutur yang tradisional. Misalnya saja dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan formil lainnya, sementara orang yang diberi kesempatan berbicara merasa perlu menyebut nama deretan pejabat yang hadir; mengucapkan terima kasfih banyak-banyak atas kesempatan yang diberikan; dan lain sebagainya. Kebiasaan yang demikian ini agaknya sudah mentradisi dalam bertutur resmi pada dewasa ini.

2.4.3 Pemanfaatan Retorika Secara Terencana

Yang dimaksudkan pemanfaatan terencana dalam hal ini ialah penggunaan retorika yang direncanakan sebelumnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Misalnya bidang politik, bidang usaha/ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian bidang pendidikan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah seorang yang berceramah ataupun sedang berorasi. Sebagai pemuka retorika Cicero mengembangkan kecakapan retorika menjadi ilmu. Menurut Cicero sistematika retorika mencakup dua tujuan pokok yang bersifat “suasio” (anjuran) dan “dissuasio” (penolakan). Orator termashur itu menyatakan bahwa ketika mempengaruhi khalayak dengan orator harus meyakinkan mereka dengan mencerminkan kebenaran dan kesulitan. Retorika gaya Cicero meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Investio
        Investio berarti mencari bahan dan tema yang akan dibahas. Bahan yang telah diperoleh disertai bukti-bukti pada tahap ini dibahas secara singkat dengan menjurus kepada upaya-upaya:
1)      Mendidik
2)      Membangkitkan kepercayaan
3)      Menggerakkan perasaan
b. Ordo collocatio
          Ordo collocatio berarti penyusunan pidato. Disini sang orator dituntut kecakapan mengolah kata-kata mengenai aspek-aspek tertentu berdasarkan pilihan mana yang terpenting, penting, kurang penting dan tidak penting. Dalam hubungan ini susunan pidato secara sistematis terbagi menjadi:
1)      Exordium (pendahuluan)
2)      Narration (pemaparan)
3)      Conformation (peneguhan)
4)      Reputation (pertimbangan)
5)      Peroration (penutup)




BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
        Manusia adalah makhluk yang sanggup berkomunikasi lewat berbahasa dan berbicara,  tetapi yang lebih mencirikan hakikat manusia penuh adalah kepandaian dalam berbicara, pengetahuan dalam berbahasa saja belum cukup, tetapi manusia perlu mempunyai keterampilan alam mengungkapkan isi pikiranya secara tepat dan meyakinkan, yang kita sebut sebgai seseorang yang ber-retorika Retorika sangat penting dalam dunia berbicara dan berbahasa, retorika mengacu pada penekanan kepada kemampuan menggunakan bahasa lisan (berbicara)yang baik dengan memberikan sentuhan gaya (seni) di dalam penyampaianya dengan tujuan untuk mengikat/ mengunggah hati para pendengar agar memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara. Jadi sangat disayangkan jika kita mempunyai pengetahuan yang berguna untuk orang-orang sekitar tetapi tidak mampu menyampaikannya dan meyakinkan orang-orang sekitar dengan baik. Oleh karena itu berlatihlah untuk ber-retorika dengan baik, retorika tidak lain digali oleh pribadi sendiri, bukan orang lain.



DAFTAR PUSTAKA


Hendra, Muhammad Noli. 2012. “Bekali Ilmu Retorika untuk Anak Bangsa”. Dalam          http://suarakampus.com/?mod=opini&se=detil&id=74 . Diakses pada 6 Februari 2015          15.00 WIB.
Humasur. 2013. “Teknik Retorika”. Dalam https://humasur.wordpress.com/2013/01/14/teknik-       retorika/ . Diakses pada 6 Ferbuari 2015 15.00WIB.
Khoirudin, Alhikmatu. 2013. “Pengertian dan Pentingnya Retorika (Seni Berbicara)” Dalam            http://alhikmatu.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-pentingnya-retorika-            seni.html?m=1 . Diakses pada 6 Februari 2015 15.00 WIB.
Sugiarti, Eni. 2014. “Retorika dan Seni Berbicara”. Dalam                                                     https://enis7065.wordpress.com/2014/07/06/retorika-dan-seni-berbicara/ . Diakses pada 6   Februari 2015 15.20 WIB
Tanpa Nama. 2013. “Pengertian Retorika Menurut Para Ahli”. Dalam           http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-retorika-menurut-para-ahli.html?m=1            Diakses pada 6 Februari 2015 15.13 WIB.


       


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Kerja Hima Akuntansi Periode 2020-2021

Ingat, Berikut Ancaman Sanksi Bila Tidak Lapor SPT Tahunan

RANGKUMAN MATERI LKTD KELOMPOK 5